© Attention :
“ Demi Kenyamanan Pengunjung kami rekomendasikan menggunakan
Browser ChromeTerima Kasih . . . . .”

MANAJEMEN PENDIDIKAN ( PERENCANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PADA MADRASAH UNTUK MENINGKATKAN PENDIDIKAN LIFE SKILL PESERTA DIDIK )

A.  PENDAHULUAN
Istilah  ekstrakurikuler, sebagai  kegiatan  penyaluran  minat dan bakat bagi siswa diluar jam sekolah. Kegiatan ini bukan sekedar wadah penyalur hobi. Kegiatan ekstrakurikuler bisa dikelola atau difungsikan secara maksimal hingga menjadi ajang pembekalan skill dalam kehidupan (life skill).
Di sekolah, kegiatan ekstrakurikuler ini lebih banyak sebagai ajang penyaluran hobi siswa. Label penyaluran hobi inilah yang kerap membuat kegiatan yang akrab disebut siswa sebagai ekskul itu dikelola dengan biasa saja. Padahal dengan pengelolaan yang bagus, ekstrakurikulerl bisa memiliki fungsi lebih dari sekedar ajang hobi. Kegiatan ekstrakurikuler amat efektif  membentuk karakter dan menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta didik, serta membangun skill agar mampu bersaing dalam kehidupan yang mendatang.
Untuk mewujudkan sebuah kegiatan yang sangat bagus, seorang kepala sekolah tidak mungkin melupakan suatu perencanaan yang matang terlebih dahulu. Sebab itu pada kesempatan ini, pemakalah ingin menguraikan kegiatan ekstrakurikuler dalam sisi perencanaan kegiatan tersebut.
B.  LANDASAN TEORI
1.    Pengertian Perencanaan
Terdapat banyak pengertian mengenai perencanaan yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Cunningham (Pidarta 1988: 1) perencanaan adalah “menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta-fakta, imajinasi-imajinasi, dan asumsi-asumsi untuk masa yang akan datang untuk tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian.”
Kauffman (Fattah 2009: 49) mendefinisikan bahwa perencanaan adalah “proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif mungkin.” Sedangkan menurut Robbins (Pidarta 1988: 2) perencanaan adalah “suatu cara untuk mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan.” [1]
           Dari ketiga definisi tentang perencanaan tersebut, dapat diketahui bahwa perencanaan pendidikan adalah kegiatan menentukan suatu tujuan dalam dunia pendidikan yang ingin dicapai dengan mengatur dan memanfaatkan semua sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.
2.    Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan siswa sekolah atau universitas, di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan-kegiatan ini ada pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai universitas. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa-siswi itu sendiri untuk merintis kegiatan di luar jam pelajaran sekolah. Kegiatan dari ekstrakurikuler ini sendiri dapat berbentuk kegiatan pada seni, olahraga, pengembangan kepribadian, dan kegiatan lain yang bertujuan positif untuk kemajuan dari siswa-siswi itu sendiri.[2]
Ekstrakurikuler memiliki arti kegiatan tambahan di luar rencana pelajaran, atau pendidikan tambahan di luar kurikulum. Dengan demikian, kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar kelas dan di luar jam pelajaran (kurikulum) untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia yang dimiliki peserta didik, baik yang berkaitan dengan aplikasi ilmu pengetahuan yang didapatkannya maupun dalam pengertian khusus untuk membimbing peserta didik dalam mengembangkan potensi dan bakat yang ada dalam dirinya melalui kegiatan-kegiatan yang wajib maupun pilihan.[3] 
3.    Fungsi kegiatan ekstrakurikuler
Sebagai kegiatan pembelajaran dan pengajaran di luar kelas, ekstrakurikuler mempunyai fungsi dan tujuan sebagai berikut:
a.  Meningkatkan kemampuan peserta didik sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam semesta.
b.  Menyalurkan dan mengembangkan potensi dan bakat peserta didik agar dapat menjadi manusia yang berkreativitas tinggi dan penuh dengan karya.
c.  Melatih sikap disiplin, kejujuran, kepercayaan, dan tanggungjawab dalam menjalankan tugas.
d.  Mengembangkan etika dan akhlak yang mengintegrasikan hubungan dengan Tuhan, Rasul, manusia, alam semesta, bahkan diri sendiri.
e.  Mengembangkan sensitivitas peserta didik dalam melihat persoalan-persoalan sosial-keagamaan sehingga menjadi insan yang produktif terhadap permasalahan sosial keagamaan.
f.   Memberikan bimbingan dan arahan serta pelatihan kepada peserta didik agar memiliki fisik yang sehat, bugar, kuat, cekatan, dan terampil.
g.  Memberi peluang peserta didik agar memiliki kemampuan untuk komunikasi (human relation) dengan baik, secara verbal dan nonverbal.
h.  Menghindari rasa kebosanan dalam pembelajaran disekolah.[4]
4.    Jenis-jenis Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler mempunyai peran penting dalam mengembangkan watak dan kepribadian siswa. Cakupan potensi siswa yang dikembangkan dalam kegiatan ini meliputi kegiatan yang mampu mengembangkan berbagai aspek, seperti bakat, minat, kreativitas, kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan beragama, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir, kemampuan pemecahan  masalah dan kemandirian. [5]
5.    Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill)
Pendidikan kecakapan hidup pada dasarnya memberikan bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan sehari-hari agar yang bersangkutan mampu serta sanggup dan terampil dalam menjalankan kehidupan, yaitu dapat menjaga kelangsungan hidup dan perkembangan.Life skill mengacu pada berbagai kemampuan yang diperlukan seseorang untuk menempuh kehidupan dengan sukses, bahagia, dan secara bermartabat dimasyarakat.
Banyak pendapat dan literatur yang mengemukakan bahwa pengertian pendidikan kecakapan hidup bukan sekedar keterampilan untuk bekerja (vokasional), akan tetapi memiliki makna yang lebih luas. Barrie Hopson dan Scally mengemukakan bahwa “kecakapan hidup merupakan pengembangan diri untuk bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang, memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan, baik secara individu, kelompok maupun melalui sistem dalam menghadapi situasi tertentu” [6]
Sedangkan, diantara  tujuan pendidikan life skill adalah :[7]
a)    Membangun keimanan yang terwujud dalam perilaku keberagamaan.
b)    Mengembangkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan masyarakat masa kini dan memenuhi kebutuhan di masa mendatang.
c)    Mengembangkan kemampuan membantu diri dan kecakapan hidup agar setiap siswa dapat mandiri.
d)    Mengembangkan kecakapan yang akan mendukung kemandirian siswa.
e)    Mengembangkan kecakapan pra-vokasional dengan memfasilitasi latihan kerja dan pengalaman bekerja di masyarakat.

6.    Beberapa Pendekatan Dalam Perencanaan Pendidikan
a)    Pendekatan kebutuhan
Pendekatan kebutuhan sosial merupakan pendekatan yang didasarkan atas keperluan masyarakat pada saat ini. Pendekatan ini menitik beratkan pada tujuan pendidikan yang menitik beratkan pada pemerataan kesempatan dalam mendapatkan pendidikan. Menurut A.W. Guruge’ pendekatan sisial merupakan pendekatan tradisional bagi pembangunan pembangunan pendidikan dengan menyediakan lembaga-lembaga dan fasilitas demi memenuhi tekanan tekanan untuk memasukan sekolah serta memungkinkan pemberian kesempatan kepada murit dan orang tua secara bebas.[8]
b)    Pendekatan kebutuhan ketenagakerjaan
Dalam teorinya pendekatan ini lebih mengutamakan keterkaitan lulusan system pendidikan dengan tuntutan akan kebutuhan tenaga kerja, Blaug dan Faure(1988) menyimpulkan bahwa masalah pengangguran dikalangan terdidik dapat ditekan dengan memperbaiki sistem dan perencanaan pendidikan yang baik. Perlu kita cermati sebenarnya peningkatan pengangguran bukan semata-mata kesalahan dunia pendidikan, peningkatan pengangguran di karenakan sempitnya lapangan kerja, sempitnya lapangan kerja disebabkan pemerintah yang kurang bisa membuka lapangan kerja yang baru.
c)    Pendekatan efisiensi biaya
Pendekatan ini menitik beratkan pada pemanfaatan biaya secermat mungkin untuk mendapatkan hasil pendidikan yang seoptimal mungkin, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, sehingga pendidikan ini diadakan hanya jika benar-benar keuntungan yang relatif pasti, baik bagi penyelenggara maupun peserta didik. Sebagai contoh : pembukaan sekolah-sekolah magister manajemen, magister bisnis adminitrasi, dan kursus-kursus. Lebih jauh lagi kalau kita mencermati pendekatan ini mempunyai implikasi terhadap prinsip ekonomi yaitu program pendidikan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi menempati urutan atau prioritas penting.[9]
C.  ANALISIS
Pada pembahasan ini, pemakalah menguji perencanaan kegiatan ekstrakurikuler melalui pendekatan analisis kebutuhan yang meliputi kebutuhan sosial, ketenagakerjaan, dan efisiensi biaya. Dari beberapa uraian di atas maka dapat di simpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler diharapkan memiliki nilai sosial, ekonomis, dan memberikan kesempatan yang sangat luas pada dunia ketenagakerjaan.
Kegiatan-kegiatan yang mencakup ketiga aspek tersebut, yaitu:
1.    Pembinaan keimanan dan  ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meliputi:
a)    Melaksanakan peribadatan sesuai dengan ketentuan agama
b)    Memperingati hari-hari besar keagamaan
c)    Memberdayakan kegiatan keagamaan di sekolah
2.    Pembinaan budi pekerti luhur atau akhlak mulia, antara lain:
a)  Melaksanakan tata tertib dan kultur sekolah
b)  Melaksanakan gotong royong dan kerja bakti (bakti sosial)
c)  Melaksanakan kegiatan 7K (keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, kedamaian dan kerindangan)
3.    Pembinaan prestasi olahraga sesuai dengan bakat dan minat, antara lain:
a.    Mengikuti kegiatan workshop, seminar, diskusi panel yang bernuansa ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)
b.   Mengadakan pameran karya inovatf dan hasil penelitian
c.    Membentuk klub sains, seni dan olahraga
d.   Menyelenggarakan festival dan lomba seni
e.    Menyelenggarakan lomba dan pertandingan olahraga

4.    Pembinaan kreativitas, keterampilan dan kewirausahan, antara lain:
a.    Meningkatkan kreativitas dan keterampilan dalam menciptakan suatu barang menjadi lebih berguna
b.   Meningkatkan kreativitas dan keterampilan di dalam barang dan jasa
c.    Meningkatkan usaha koperasi siswa dan unit produksi
d.   Meningkatkan kemampuan keterampilan siswa melalui sertifikasi kompetensi siswa kebutuhan khusus.
5.    Pembinaan kualitas jasmani, kesehatan gizi berbasis gizi antara lain:
a.    Melaksanakan usaha kesehatan sekolah (UKS)
b.   Melaksanakan pencegahan penyalagunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (narkoba), dan minuman keras, merokok dan HIV AIDS
c.    Melakukan diversifikasi pangan
6.    Pembinaan sastra dan budaya, seperti: Menyelenggarakan festival/ lomba, sastra dan budaya
7.    Pembinaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), seperti menyelenggarakan les komputer
8.    Pembinaan komunikasi dalam bahasa Inggris, antara lain:
a.    Melaksanakan lomba debat dan pidato
b.   Melaksanakan lomba surat dan korespondensi
c.    Melaksanakan kegiatan engglish day
d.   Melaksanakan lomba puzzies words/ scrabble
Untuk mencapai apa yang direncanakan, seorang kepala sekolah hendaknya mempertimbangkan beberapa ketentuan yaitu:
  Menggunakan prinsip quota pada ekskul tertentu melihat dari kebutuhan siswa dan efisiensi biaya
  Sekolah sebaiknya melakukan penelusuran atau seleksi atas potensi, keinginan, minat, bakat, motivasi dan kemampuan siswa sebagaimana  dipertimbangkan  adanya quota atas  peserta untuk setiap jenis kegiatan ekstrakurikuler yang ditawarkan/akan diselenggarakan. 
  Seleksi dapat ditempuh melalui suatu test, kuesioner, wawancara/penawaran  tertentu sekaligus dimaksudkan untuk mengetahui siswa/kelompok siswa  yang karena berbagai hal tidak dapat melanjutkan studi sehingga perlu mendapat perhatian khusus dalam layanan program kegiatan ekstrakurikuler.
  Selanjutnya sekolah melakukan pengelompokkan siswa dengan jumlah tertentu (sesuai quota)  yang dipandang layak mengikuti satu/beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler yang akan diselenggarakan.  
  Pembiyaan merupakan dinamisator efektivitas penyelenggaraan program  kegiatan  ekstrakurikuler, maka perlu mempersiapkan: 
-        pengadaan fasilitas/sumber/bahan/peralatan dapat dilakukan dengan melibatkan unsur pemerintah maupun masyarakat setempat
-        biaya latihan
-        biaya operasional dan pemeliharaan/perawatan
-        biaya sistem penyelenggaraan  program  termasuk tunjangan guru 
-        biaya  sistem evaluasi dan pelaporan
D.  KESIMPULAN  dan SARAN
Suatu kegiatan dalam madrasah baik itu kegiatan yang masuk dalam kurikulum pendidikan maupun kegiatan ekstra yang disebut dengan ekskul harus memiliki suatu perencanaan yang matang dan harus mampu meningkatkan kualitas pendidikan dalam sebuah madrasah. Karena baik pendidikan yang bermuatan kurikulum maupun ekskul memiliki tujuan yang sama.
Kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat meningkatkan Pendidikan kecakapan hidup.  Life skill pada dasarnya memberikan bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan sehari-hari, seperti kegiatan yang mencakup bakat, minat, kreativitas, kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir, kemampuan pemecahan  masalah dan kemandirian.
Kegiatan ekstrakurikuler diharapkan mampu membangun jasmani dan rohani peserta didik melalui kegiatan yang tidak harus melalui pembiayaan yang mahal, namun kegiatan yang sederhana dan mampu merangsang daya kreatifitas, dan potensi peserta didik sebagai bekal untuk menjalani kehidupan sehari-hari.


DAFTAR PUSTAKA


[1] http://www.majalahpendidikan.com/2011/03/perencanaan-dan-pengelolaan.html, diakses pada tanggal 6 Mei 2013
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Ekstrakurikuler diunduh pada tanggal 3 mei 2013
[3] Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hal. 271
[4]http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN_JOHAR_PERMANA/Manajemen_Ekstra_Kurikuler.pdf diunduh pada tanggal 3 mei 2013
[5] http://waitukanarakian.blogspot.com/2013/01/kegiatan-ekstrakurikuler.html
[6] Mohammad Efendi, kurikulum dan pembelajaran: pengantar ke arah pemahaman KBK, KTSP, dan SBI, FIP UIN, Malang, 2009. hlm. 153
[7] http:wordpress.com/sumantri-tujuan-husus-pembelajaran-life-skill.html
[8] http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/pendekatan-perencanaan-pendidikan.html, diakses pada tanggal 6 Mei 2013
[9] Ibid

Tiada ulasan:

Catat Ulasan