© Attention :
“ Demi Kenyamanan Pengunjung kami rekomendasikan menggunakan
Browser ChromeTerima Kasih . . . . .”

Supervisi Pendidikan ( Model Pendekatan Supervisi )

A.   Pengembangan model supervisi

1      Model Konvensional
2      Model Ilmiah
3      Model Klinis
4      Model Artistik
B.   Pendekatan supervisi yang disajikan adalah
1      Pendekatan direktif
2      Pendekatan non- direktif
3      Pendekatan kolaboratif
C.  Teknik-teknik supervisi yang dibahas mencakup :
1      Supervisi yang bersifat individual.
2      Teknik supervisi yang bersifat kelompok.

A.      Pengembangan Model Supervisi

Yang dimaksud dengan model dalam uraian ini ialah suatu pola, contoh : acuan dari supervisi yang diterapkan. Ada berbagai model yang berkembang.
(1)     Model supervisi yang konvesional (tradisional)
Model ini tidak alin dari refleksi dari kondisi masyarakat pada suatu saat. Pada saat kekuasaan yang otoriter dan feodal, akan berpengaruh pada sikap pemimpin yang otokrat dan korektif. Pemimpin cenderung untuk mencari-cari kesalahan. Perilaku supevisi ialah mengsdakan inspeksi untuk mencari kesalahan dan menemukan kesalahan. Kadang-kadang bersifat memata-matai. Perilaku seperti ini oleh Oliva P.F. (1984: 7) disebut snoopervision (memata-matai). Sering disebut supervisi yang korektif. Memang sangat mudah untuk mengkoreksi kesalahan orang lain, tetapi lebih sulit lagi unuk melihat segi-segi positif hubungan dengan hal-hal yang baik. Pekerjaan seorang supervisor yang bermaksud hanya untuk mencari kesalahan dalam membimbing sanga bertentangan dengan prinsip dan tujuan supervisi pendidikan. akibatnya guru merasa tidak puas dan ada dua sikap yang tampak dalam kinerja guru:
(1)     Acuh tak acuh (masa bodoh)
(2)     Menantang (agresif)
Praktek mencari kesalahan dan menekan bawahan ini masih tampak sampai saat ini. Para pengawas datang ke sekolah dan menanyakan mana satuan pelajaran. Inio salah dan seharusnya begini. Praktek-praktek supervisi seperti ini adalah cara memberi supervisi yang konvensional. Ini bukan berarti bahwa tidak boleh menunjukkan kesalahan. Masalahnya ialah bagaimana car akitamengkomunikasikan bahwa dia harus memperbaiki kesalahan. Para guru akan dengan senang hati melihat dan menerima bahwa ada yang harus diperbaiki. Caranya harus secara taktis pedagogis atau dengan perkataan lain, memakai bahasa penerimaan bukan bahasa penolakan (Thomas Gordon, 1988).

(2)     Mmodel supervisi yangbersifat ilmiah.
Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Dilaksanakan secara berencana dan kontinu.
Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu.
Menggunakan instrument pengumpulan data.
Ada data yang obyektif yang diperoleh dari kesalahan yang riil.
Dengan menggunakan merit rating, skala penilaian atau check list para siswa atau mahasiswa menilai proses kegiatan belajar-mengajar guru/dosen di kelas. Hasil penelitian diberikan kepada gury-guru sebagai balikan terhadap penampilan mengajar guru pada cawu atau semester yang lalu. Data ini tidak berbicara kepada guru dan guru yang mengadakan perbaikan. Penggunaan alat perekam data ini berhubungan erat dengan penelitian. Walaupun demikian, hasil perekam data secara ilmiah belum merupakan jaminan untuk melaksanakan supervisi yang lebih manusiawi.

(3)     Model Supervisi Klinis.
3.1 Beberapa Pembatasan tentang Supervisi Klinis.
Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. (R. Willem dalam Archeson dan Gall, 1980 : 1 / terjemahan S.L.L Sulo, 1985). K.A. Archeson dan M.D. Gall (1980 : 25) terjemahan S.L.L Sulo, 1985 : 5, mengemukakan supervisi klinis adalah proses membantu guru-guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah suatu proses pembimbing dalam pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan profesional guru dalam pengenalan mengajar melalui observasi dan analisis data secara objektif, teliti sebagai dasar untuk usaha mengubah perilaku mengajar guru. Ungkapan supervisi klinis (Clinical supervision) sebenarnya digunakan oleh Morries Cogan, Robber Education. Tekanan dalam pendekatan di Havard Schoolof  bersifat khusus melalui tatap muka dengan guru pengajar. Inti bantuan terpusat pada perbaikan penampilan dan perilaku mengajar guru (Archeson dan Gall, 1980 :8).


3.2 Mengapa Perlu Dikembangkan Supervisi Klinis di Lingkungan Guru-guru ?
       Ada berbagai faktor yang mendorong dikembangkannya supervisi klinis bagi guru-guru.
a.    Dalam kenyataannya yang dikerjakan supervisi ialah mengadakan evaluasi guru-guru semata. Di akhir satu semester guru-guru mengisi skala penilaian yang diisi peserta didik mengenai caramengajar guru. Hasil penilaian diberikan kepada guru-guru dalam mengajar hanya mencapai tingkat penampilan seperti itu. Cara ini menyebabkan ketidakpuasan guru secara tersembunyi.
b.    Pusat pelaksanaan superisi adalah supervisor, bukan berpusat pada apa yang dibutuhkan guru, baik kebutuhan profesional sehingga guru-guru tidak merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi pertumbuhan profesinya.
c.    Dengan menggunakan merit rating (alat penilaian kemampuan guru), maka aspek-aspek yang diukur terlalu umum. Sukar sekali untuk mendeskripsikan tingkah laku guru yang paling mendasar seperti yang mereka rasakan, karena diagnosisnya tidak mendalam, tapi sangat bersifat umum dan abstrak.
d.   Umpan balik diperoleh dari hasil pendekatan, sifatnya memberi arahan, petunjuk , instruksi, tidak menyentuh masalah manusia yang terdalam yang dirasakan guru-guru, sehingga hanya bersifat dipermukaan.
e.    Tidak diciptakan hubungan identifikasi dan analisis diri, sehingga guru-guru melihat konsep dirinya. Seperti yang dikemukakan P. Winggens bahwa dalam diri seseorang ada 3 konsep diri, yaitu :
                                                   (1).     Saya dengan self concept  saya sendiri.
                                                   (2).     Saya dengan self idea saya sendiri.
                                                   (3).     Saya dengan self reality saya sendiri. supervisi selamanya dapat menemukan dirinya sendiri dan menjadi diri sendiri.
f.     Melalui diagnosis dan analisis dirinya sendiri guru menemukan dirinya. Ia sadar akan kemampuan dirinya dengan menerima dirinya dan timbul motivasi dari dalam dirinya sendiri untuk memperbaiki dirinya sendiri. praktek-praktek supervisi yang tidak manusiawi itu menyebabkan kegagalan dalam pemberian supervisi kepada guru-guru, itulah sebabnya perlu supervisi klinis.

3.3 Ada Beberapa Ciri Supervisi Klinis
a.    Dalam supervisi klinis, bantuan yang diberikan bukan bersifat instruksi atau memerintah. Tetapi tercipta hubungan manusiawi, sehingga guru-guru memiliki rasa aman. Dengan timbulnya rasa aman diharapkan adanya kesediaan untuk menerima perbaikan.
b.    Apa saja yang akan disupervisi itu timbul dari harapan dan dorongan dari guru sendiri karena dia memang membutuhkan bantuan itu.
c.    Satuan tingkah laku mengajar yang dimiliki guru merupakan satuan yang terintegrasi. Harus dianalisis sehingga terlihat kemampuan apa, ketrampilan apa yang spesifik yang harus diperbaiki.
d.   Suasana dalam pemberian supervisi adalah suasana yang penuh kehangatan, kedekatan dan keterbukaan.
e.    Supervisi yang diberikan tidak saja pada keterampilan mengajar tapi juga mengenai aspek-aspek kepribadian guru, misalnya motivasi terhadap gairah mengajar.
f.     Instrument yang digunakan untuk observasi disusun atas dasar kesepakatan antara supervisor dan guru.
g.    Balikan yang diberikan harus secepat mungkin dan sifatnya obyektif.
h.    Dalam percakapan balikan sehausnya datang dari pihak guru lebih dulu, bukan dari supervisor.

3.4 Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis
a.    Supervisi klinis yang dilaksanakan harus berdasarkan inisiatif dari para guru lebih dahulu. Perilaku supervisor harus sedemikian taktis sehingga guru-guru terdorong untuk berusaha memintan bantuan dari supervisor.
b.    Ciptakan hubungan manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa kesejawatan.
c.    Ciptakan suasana bebas di mana setiap orang bebas mengemukakan apa yang dialaminya. Supervisor berusaha untuk apa yang diharapkan guru.
d.   Objek kaitan adalah kebutuhan profesional guru yang riil yang mereka sungguh alami.
e.    Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus diangkat untuk diperbaiki.

3.5 Langkah-Langkah dalam Pelaksanaan Supervisi Klinis
Langkah-langkah dalam supervisi klinis melalui tiga tahap pelaksanaan sebagai berikut :
                                         (1).     Pertemuan awal
                                         (2).     Observasi
                                         (3).     Pertemuan akhir
Perlu dijelaskan apa yang seharusnya dikerjakan oleh supervisor dan apa yang seharusnya dikerjakan guru.
01    Tahap Awal Supervisi
Dalam percakapan awal, seorang guru mengeluh, bahwa pada saat dia mengajar ada 3 orang siswa yang selalu mengganggu ketertiban di kelas. Guru sudah berusaha memperbaiki tapi ketiga siswa itu tetap membandel. Melalui percakapan awal ini guru mengharapkan agar supervisor sendiri melihat situasi pada saat dia mengajar. Dan guru sudah melakukan, supervisor setuju untuk mengikuti guru waktu mengajar.
02    Observasi
Pada tahap observasi menggunakan alat observasi check list sebagai berikut :

Perilaku Siswa


Waktu
Perhatian Pada
Tugas
Tidak Ada
Perhatian
Pasif
Tidak ada
Perhatian
Aktif
8.10



8.15



8.20



8.25



8.30













 Cara mengisinya :
Pengamat melihat seorang siswa pada saat pelajaran berlangsung melakukan sesuatu yang agak lain. Ia mencatata apa yang dilihatnya. Pada 5 menit awal ia memberi tanda (x ) pada kolomperhatian pada tugas. Pada 10 menit berikutnya ia mencatat ada salah seorang siswa yang tidur melamun dan kepalanya diletakkan di atas meja. Ia memberi tanda (x ) pada kolom tidak ada perhatian (pasif). Pada menit ke-20 ia melihat siswa keluar dari tempat duduk. Ia mencatat pada kolom tidak ada perhatian (aktif).

Analisis Data dan Interpretasi Data

Waktu
Perhatian Pada
Tugas
Tidak Ada
Perhatian
Pasif
Tidak ada
Perhatian
Aktif
8.10
xxx
x

8.15
xx
xxx
xx
8.20

xx

8.25


xxx
8.30

xxx

8.35
x
xxxx
Xxxx
8.40



8.45




Berdasarkan data dfiatas ternyata pada sepuluh menit pertama siswa
itu berpartisipasi dan menaruh perhatian aktif sebanyak 6 kali dari 30 kesempatan yang disediakan atau 
= 20 % dari seluruh waktu.
Ternyata pada menit ke-15 ketiga siswa telah menunjuukkan tidak ada perhatian secara pasif dan kemudian menjadi tidak ada perhatian secara aktif. Data ini membuktyikan bahwa ada masalah pada anak-anak itu.

Percakapan sesudagh analisis
Terjadi percakapan antara supervisor dengan guru. Dalam percakapan itu terungkap bahwa para siswa tidak menaruh perhatian, karena guru hanya melarang tapi tidak berusaha memecahkan masalah. Waktu berikut diadakan analisis dan seperti pada alat pencatat data. Oleh karena guru yang tidak berusaha memecahkan masalah 9yaitu ketiga siswa menunjukkan tidak ada perhatian pada saat guru mengajar). Lalu diadakan diskusi bagaimana cara memperbaiki perilaku guru waktu mengajar. Selama percakapan berlangsung supervisor dapat menggunakan pendekatan direktif, non-direktif atau kolaboratif dengan perilaku seperti yang diharapkan.

4. Model Supervisi Artistik
          Mengajar adalah suatu pengethauan (Knowledge), mengajar itu suatu keterampilan (Skill), tapi mengajar juga suatu kiat (art). Sejalan dengan tugas mengajar supervisi juga sebagai kegiatan mendidik. Dapat dikatakan bahwa supervisi adalah suatu pengetahuan, suatu keterampilan dan juga suatu kiat.
Supervisi itu menyangkut bekerja untuk orang lain (working for the others), bekerja dengan orang lain (working with the others), bekerja melalui orang lain (working though the others). Dalam hubungan bekerja dengan orang lain maka suatu rantai hubungan kemanusiaan adalah unsur utama. Hubungan manusia dapat tercipta bila ada kerelaan untuk menerima orang lain sebagaimana adanya hubungan itu dapat tercipta bila ada unsur kepercayaan. Saling percaya saling mengerti, saling menghormati, saling mengakui, saling menerima seseorang sebagaimana adanya. Hubungan tampak melalui pengungkapan bahasa, yaitu supervisi lebih banyak menggunakan bahasa penerimaan ketimbang bahasa penolakan (Thomas Gordon, 1985). Supervisor yang mengembangkan model artistik akanmenampak dirinya dalam relasi dengan guru-guru yang dibimbing sedemikian baiknya sehingga para guru merasa diterima. Adanya perasaan aman dan dorongan positif untuk berusahauntuk maju. Sikap seperti mau belajar mendengarkan perasaan orang lain., mengerti orang lain dengan problema-problema yang dikemukakan, menerima orang lain sebagaimana adanya, sehingga orang dapat menjadi dirinya sendiri. itulah supervisi artistik. Dalam bukunya Supervision of Teaching, Sergiovani Th.J menyamakan beberapa ciri yang khas tentang model supervisi yang artistik, antara lain :
        (1).     Supervisi yang artistik memerlukan perhatian agar lebih banyak mendengarkan daripada banyak berbicara.
        (2).     Supervisi yang artistik sangat mengutamakan sumbangan yang unik dari guru-guru dalam rangka mengembangkan pendidikan bagi generasi muda.
        (3).     Model artistik terhadap supervisi, menuntut untuk memberi perhatian lebih banyak terhadap proses kehidupan kelas dan peristiwa-peristiwa yang signifikan yang dapat ditempatkan dalam konteks waktu tertentu.
        (4).     Model artistik terhadap supervisi, menuntut untuk memberi perhatian lebih banyak proses kehidupan kelas dan proses itu diobservasi sepanjang waktu tertentu, sehingga diperoleh peristiwa-peristiwa yang signifikan yang dapat ditempatkan dalam konteks waktu tertentu.
        (5).     Model artistik terhadap supervisi memerlukan laoran yang menunjukkan bahwa dialog antara supervisor yang supervisi dilaksanakan atas dasar kepemimpinan yang dilakukan oleh kedua belah pihak.
        (6).     Model artistik terhadap supervisi memerlukan suatu kemampuan berbahasa dalam cara mengungkapkan apa yang dimiliki terhadap orang lain yang dapat membuat orang lain dapat menangkap dengan jelas ciri ekspresi yang diungkapkan itu.
        (7).     Model artistik terhadap supervisi memerlukan kemampuan untuk menafsir makna dari peristiwa yang diungkapkan, sehingga orang lain memperoleh pengalaman dan membuat mereka mengappreciate yang dipelajarinya.
        (8).     Model artistik terhadap supervisi menunjukkan fakta bahwa supervisi yang bersifat individual, dengan kekhasannya, sensitivitas dan pengalaman merupakan instrument yang utama yang digunakan dimana situasi pendidikan itu diterima dan bermakna bagi orang yang disupervisi.

B.       Pendekatan Supervisi Pendidikan

Pendekatan yang digunakan dalam menerapkan supervisi modern didasarkan pada prinsi-prinsip psikologis. Suatu pendekatan atau teknik pemberian supervisi, sangat bergantung kepada prototipe guru. Ada satu paradigma yang dikemukakan Glickman untuk memilah-milah guru dalam empat prototipe guru. Ia mengemukakan setiap guru memiliki dua kemampuan dasar, yaitu berpikir abstrak dan komitmen serta kepedulian. Kalau kedua kemampuan itu digambarkan secara bersilang seperti gambar di bawah ini :
Akan terdapat em[pat kuadran (sisi). Ada 4 sisi : Sisis I, II, III, IV. Tiap sisi terdapat dua kemampuan yang disingkat A (daya abstrak), K (Komitmen). Uraian jkuncinya sebagai berikut :
                (1).  Tiap sisi yang terdapat di sebelah kanan garis abstrak (sebelah kanan garis tegak lurus). Komitmennya K tinggi (+).
Setiap sisi yang terdapat di atas garis komitmen (garis horisontal0 daya abstraknya (A)positif. Sisa semuanya rendah (-), sehingga sisi II K -, sisi III A-, sisi IV A-, dan K-. dengan demikian kita menemukan :
I.         Pada sisi I daya A+ K+. Guru semacam ini disebut gur yang profesional.
II.      Pada sisi II daya abstrak tinggi A+, tetapi komitmen (K-) disebut guru yang tukang kritik.
III.   Pada sisi III daya abstrak rendah (A-), tetapi komitmen tinggi (K+) disebut guru yang terlalu sibuk.
IV.   Pada sisi IV daya abstrak rendah (A-) dan juga komitemen rendah (K-) disebut guru yang tidak bermutu.
Pendekatan dan perilaku serta teknik yang diterapkan dalam memberi supervisi kepada guru-guru berdasarkan prototipe guru seperti yang disebut di atas. Bila guru profesional maka pendekatan yang digunakan adalah non-direktif.
Perilaku supervisor (1) mendengarkan, (2) memberanikan, (3) menjelaskan, (4) mmnyajikan, (5) memecahkan masalah. Teknik yang diterapkan dialog dan mendengarkan aktif.
Bila gurunya tukang kritik atau terlalu sibuk, maka pendekatan yang diterapkan adalah kolaboratif. Perilaku supervisi (1) menyajikan, (2) menjelaskan, (3) mendengarkan, (4) memecahkan masalah, (50 negosiasi. Teknik yang digunakan percakapan pribadi , dialog menjelaskan.
Bila gurunya tidak bermutu, maka pendekatan yang digunakan adalah derektif. Perilaku supervisor (1) menjelaskan, (2) menyajikan, (3) mengarahkan, (4) memberi contoh, (5) menetapkan tolak ukur, dan (6) menguatkan.
Berdasarkan uraian singkat tentang paradigma kategori di atas, maka dapat diterapkan berbagai pendekatan teknik dan perilaku supervisi berdasdar data mengenai guru yang sebenarnya yang memerlukan pelayanan supervisi. Berikut ini akan disajikan beberapa pendekatan supervisor.

(1)      Pendekatan Langsung (Direktif)   
Yang dimaksudkan dengan pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung. Sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan pemahaman terhadap psikologi behaviorisme. Prinsip behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu respons terhadap rangsangan/stimulus. Oleh karena guru ini mengalami kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment). Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan perilaku supervisor seperti berikut ini.
01      Menjelaskan
02      Menyajikan
03      Mengarahkan
04      Memberi contoh
05      Menetapkan tolak ukur
06      Menguatkan

(2)     Pendekatan Tidak Langsung (Non-direktif)
Yang dimaksud dengan pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi  ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Pendekatan non-drektif ini berdasarkan pemahaman psikologis humanistik. Psikologi humanistik sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru yang dibina begitu dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi guru-guru. Guru mengemukakan masalahnya supervisor mencoba mendengarkan, memahami, apa yang dialami guru-guru. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif  adalah sebagai berikut.
                           (1).     Mendengarkan
                           (2).     Memberi penguatan
                           (3).     Menjelaskan
                           (4).     Menyajikan
                           (5).     Memecahkan masalah

(3)     Pendekatan Kolaboratif
Yang dimaksud dengan pendekata koplaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non–direktif menjadi pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah hasil panduan antara kegiatan individu dengan lingkungan pada gilirannya nantui berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan demikian pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah. Dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor adalah sebagai berikut:
                              (1).  Menyajikan
                              (2).  Menjelaskan
                              (3).  Mendengarkan
                              (4).  Memecahkan masalah
                              (5).  Negosiasi
Ketiga macam pendekatan sudah dikemukakan, yaitu pendekatan langsung (direktif), pendekatan tidak langsung (non-direktif), dan pendekatan kolaboratif. Sudah rentu pendekatan itu diterapkan melalui tahap-tahap kegiatan pemberian supervisi sebagai berikut:
a.    Percakapan awal (pre –conference)
b.    Observasi
c.    Analisis / interpretasi
d.   Percakapan akhir (past conference)
e.    Analisis akhir
f.     Diskusi
a. Percakapan Awal
:
Supervisor bertemu dengan guru atau sebaliknya. Mereka membicarakan masalah yang dihadapi guru.
b. Observasi
:
Dalam percakapan awal supervisor berjanji akan mengobservasi kelas atau sebaliknya guru mengundang supervisi untuk mengadakan observasi di kelas.
c. Analisis/Interpretasi
:
Dalam observasi digunakan alat pencatatan data. Data dianalisis dan ditafsir.
d. Percakapan akhir (past conference)
:
Setelah data dianalisis lalu dibahas bersama dalam suatu percakapan.
e. Analisis data
:
Hasil percakapan yang dibahas bersama untuk ditindaklanjuti.
f. Diskusi
:
Tahap akhir diadakan diskusi.

Dalam proses pemberian supervisi, ingatlah pendekatan, perilaku supervisor dan teknik pemberian supervisi yang dikemukakan dapat diterapkan.

C.      Teknik-Teknik Supervisi Pendidikan

Usaha untuk membantu meningkatkan dan mengembangkan potensi sumber daya guru dapat dilaksanakan dengan berbagai alat (device) dan teknik supervisi.
Umumnya alat dan teknik supervisi dapat dibedakan dalam dua macam alat/teknik. (John Minor Gwyn, 1963: 326-327, untuk seorang guru secara individual, yaitu teknik yang dilaksankan untuk melayani lebih dari satu orang.

1.    Teknik yang bersifat individual
a.    Perkunjungan kelas
b.    Observasi kelas
c.    Percakapan pribadi
d.   Inter-visitasi
e.    Penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar
f.     Menilai diri sendiri

Tiap-tiap teknik ini akan diuraikan secara rinci.
a.    Perkunjungan kelas
-     Pengertian
Kepala sekolah atau supervisor datang ke kelas untuk melihat cara guru mengajar di kelas.

-     Tujuannya
Perkunjungan ke kelas bertujuan memperoleh data mengenai keadaan sebenarnya selama guru mengajar. Dengan data itu supervisor dapat berbincang-bincang dengan guru tentang kesulitan yang dihadapi guru-guru. Pada kesempatan itu guru-guru dapat mengemukakan pengalaman –pengalaman yang berhasil dan hambatan-hambatan yang dihadapi serta meminta bantuan, dorongan dan mengikutsertakan. Oleh karena sifatnya mengadakan peninjauan dan mempelajari sesuatu yang dilihat sementara guru mengajar, maka sering disebut observasi kelas.



-     Fungsinya
Perkunjungan kelas ini berfungsi sebagai alat untuk mendorong guru agar meningkatkan cara mengajar guru dan cara belajar siswa. Perkunjungan ini dapat memberi kesempatan guru-guru untuk mengungkap pengalamannya sekaligus sebagai usaha untuk memberikan rasa mampu pada guru-guru. Karena guru dapat belajar dan memperoleh pengertian secara moral bagi pertumbuhan kariernya.

Jenis-jenis Perkunjungan
Ada tiga macam perkunjungan kelas

-        Perkunjungan tanpa diberitahu (unannounced visitation). Supervisor tiba-tiba datang ke kelas tanpa diberitahukan  lebih dulu.
Segi positifnya : Ia dapat melihat keadaan yang sebnarnya, tanpa dibuat-buat. Hal seperti ini dapat membiasakan guru agar selalu mempersiapkan diri sebaik-baiknya.
Segi negatifnya : Guru menjadi gugup, karena tiba-tiba didatangi. Tentu timbul prasangka bahwa ia dinilai dan pasti hasilnya tidak memuaskan. Ada sebagian guru yang tidak senang bila tiba-tibadikunjungi  tanpa diberitahu lebih dulu.

-        Perkunjungan dengnan cara memberi tahu lebih dulu (announced visition). Biasanya supervisor telah memberikan jadwal perkunjungan sehingga guru-guru memberikan jadwal perkunjungan sehingga guru-guru tahu pada hari dan jam berapa ia akan dikunjungi.
Segi positif :  Bagi supervisor perkunjungan direncanakan ini sangat tepat dan ia punya konsep pengembangan yang kontinu danterencana. Guru-guru pun dapat mempersiapkan diri sebaik-baiknya karena ia sadar bahwa perkunungan itu akan membantu dia untuk dinilai. Tentu saja penilaian yang baik yang diharapkan. Guru dengan sengaja mempersiapkan diri sehingga ada kemungkinan timbul hal-hal yang dibuat-buat dan serba berlebih-lebihan.
-        Perkunjungan atas undangan guru (Visit upon invitation).
Perkunjungan seperti ini akan lebih baik. Oleh karena itu guru punya usaha dan motivasi untuk mempersiapkan diri dan membuka diri agar dia dapat memperoleh balikan dan pengalaman baru dari hal perjumpaannya dengan supervisor. Pada sisi lain sifat keterbukaan dan merasa memiliki otonomi dalam jabatannya. Aktualisasi kemampuannya terwujud sehingga ia selalu belajar untuk mengembangkan dirinya. Sikap dan dorongan untuk mengembangkan diri ini merupakan alat untuk mencapai tingkat profesional.
Segi positif   : Bagi supervisor, ia sendiri dapat belajar berbagai pengalaman dalam berdialog dengan berbagai pengalaman dalam berdialog dengan guru sedangkan guru akan lebih mudah untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuannya, karena motivasi untuk belajar dari pengalaman dan bimbingan dari supervisor tumbuh dari dalam dirinya sendiri.
Segi negatif  : Ada kemungkinan timbul sikap manipulasi, yaitu dengan dibuat-buat untuk menonjolkan diri, padahal waktu-waktu biasa ia tidak berbuat seperti itu.
         Perlunya kelas yang baik bila dipersiapkan secara matang. Tujuan-tujuan ditentukan dengan jelas. Rancangan yang berisi hal-hal yang harus diperoleh dalam perkunjungan sudah disusun lebih dahulu. Yang perlu dikaji ialah situasi belajat mengajar di kelas dan faktor-faktor yang melatar belakangi situasi belajar-mengajar itu.


b.    Observasi kelas
Melalui perkunjungan kelas, supervisordapat mengobservasi situasi belajar-mengajar yang sebenarnya. Ada dua macam observasi kelas.
1 Jenis Observasi
-        Observasi langsung  (direct observation)
     Dengan menggunakan alat observasi, supervisor mencatat absen yang dilihat pada saat guru sedang mengajar.
-        Observasi Tidak Langsung
     Orang yang diobservasi dibatasi oleh ruang kaca di mana murid-murid tidak mengetahui (biasanya dilakukan dalam laboratorium untuk pengajaran mikro.

2 Tujuan Observasi
-        Untuk memperoleh data yang seobyektif mungkin sehingga bahan yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru-guru dalam usaha memperbaiki hal belajar-mengajar.
-        Bagi guru sendiri data yang dianalisis akan dapat membantu untuk mengubah cara-cara mengajar ke arah yang lebih baik.
-        Bagi murid-murid sudah tentu akan dapat menimbulkan pengaruih positif terhadap kemajuan belajar mereka.

3  Apa yang di observasi
-        Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka supervisor haus mengetahui dengan jelas apa yang harus diobservasi.

Hal-hal yang perlu diobservasi antara lain :
-        Usaha serta kegiatan guru dan murid.
-        Usaha dan kegiatan antara guru dan murid dalam hubungan dengan penggunaan bahan dan alat pelajar.
-        Usaha dan kegiatan guru dan murid dalam memperoleh pengalam belajar.
-        Lingkungan sosial, fisik sekolah, baik di dalam maupun di luar ruang kelas dan faktor-faktor penunjang lainnya.

4  Syarat-syarat untuk memperoleh data dalam observasi
Hal ini tergantung dari sikap dan cara si pengamat itu sendiri sewaktu mengadakan observasi antara lain :
-        Menciptakan situasi yang wajar (cara masuk kelas), mengambil tempat di dalam kelas yang tidak menjadi pusat perhatian anak-anak, tidak mencampuri guru yang sedang mengajar, sikap waktu mencatat tidak akan menimbulkan prasangka dari pihak guru.
-        Harus dapat membedakan mana yang penting untuk mencatat tidak akan menimbulkan prasangka dari pihak guru.
-        Bukan melihat kelemahan, melainkan melihat bagaimana memperbaikinya.
-        Harus diperhatikan kegiatan atau reaksi murid-murid tentang proses belajar.

5  Kriteria yang dipakai dalam observasi
       Segala sesuatu yang dikumpulkan dan dicatat haruslah :
                                (1).     Bersifat obyektif-maksudnya ialah bahwa segala sesuatu yang dicatat adalah data yang sebenarnya tanpa ada pengaruh unsur subjektif dari supervisor.
                                (2).     Apa yang dicatat harus dapat kena sasaran seperti apa yang dimaksud. Sering terjadi orang mencatat sesuatu bukan berdasarkan apa yang dilihatnya tetapi apa yang dipikirkannya. Data yang demikian biasanya valid (tepat).
                                (3).     Oleh karena itu pencatatan yang tidak tepat seperti yang dimaksudkan, maka data yang diperoleh dengan sendirinya tidak dapat dipercaya. Padahal data yang diperoleh haruslah data yang dapat dipercaya. Dalam observasi kelas sebaiknya hanya mencatat apa yang dilihat bukan apa yang dipikirkannya. Data dari catatan-catatan itu akan “berkata” dan memberikan kencederungan tafsiran terhadap situasi belajar dan mengajar.

6  Alat-alat Observasi
  Untuk memperoleh data tentang situasi belajar mengajar dipergunakan beberapa alat anatara lain :
1.    Check List
Check List adalah suatu alat untuk mengumpulkan data dalam memperlengkapi keterangan-keterangan yang lebih obyektif terhadap situasi belajar dan mengajar di dalam kelas. Bentuk dari check list item yang sudah disediakan lebih dahulu dan si penjawab hanya tinggal mengecek tiap item tersebut.
a.     Evaluative Check List
Evaluative Check List adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara berkelompok dan merupakan standar beserta skla penilaiannya. Misalnya, pertanyaan tentang keaktifan antara guru dan murid perhatian murid-murid sewaktu guru memberikan pelajarannya, dinamika kelas dan sebagainya. Susunannya dapat berupa pertanyaan (statementatau  item-item yang dijawab dengan “ya” atau “tidak”.
b.    Activity Check List
c.     Percakapan pribadi
d.    Inter-visitasi
e.     Penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar
f.     Menilai diri sendiri

Sumber : Rangkuman perkuliahan supervisi pendidikan dosen Manijo, M.Pd (STAIN Kudus 2013)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan