© Attention :
“ Demi Kenyamanan Pengunjung kami rekomendasikan menggunakan
Browser ChromeTerima Kasih . . . . .”

MANAJEMEN PENDIDIKAN ( MANAJEMEN KONFLIK ORGANISASI )


  1. PENDAHULUAN
Organisasi ialah terdiri dari berbagai macam komponen yang berbeda dan saling memiliki ketergantungan dalam proses kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Perbedaan yang terdapat dalam organisasi seringkali menyebabkan terjadinya ketidakcocokan yang akhirnya menimbulkan suatu konflik.
Konflik dapat menjadi masalah yang serius dalam setiap organisasi, tanpa peduli apapun bentuk dan tingkat kompleksitas organisasi tersebut, jika konflik tersebut dibiarkan berlarut-larut tanpa penyelesaian yang serius.Maka dari  itu keahlian untuk mengelola konflik sangat diperlukan bagi setiap pimpinan atau manajer organisasi. Misalnya saja konflik yang terjadi dalam sebuah organisasi IPPNU yang nantinya pemakalah akan membahasnya lebih detail beserta cara penyelesaiannya.

  1. LANDASAN TEORI
1.  Pengertian Manajemen Konflik
Manajemen konflik adalah cara yang digunakan individu untuk menghadapi pertentangan atau perselisihan antara dirinya dengan orang lain yang terjadi di dalam kehidupan.
Sedangkan konflik organisasi adalah ketidaksesuaian antara dua pihak atau lebih dalam suatu organisasi yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya yang terbatas atau kegiatan kerja dan atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbadaan status, tujuan, nilai atau persepsi.[1]

2.  Macam-Macam Konflik
Macam-macam Konflik sangatlah banyak misalnya saja  yang terjadi dalam suatu organisasi dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu :
1.    Konflik individu dengan individu
Konflik semacam ini dapat terjadi antara individu pimpinan dengan individu pimpinan dari berbagai tingkatan. Individu pimpinan dengan individu karyawan maupun antara individu karyawan dengan individu karyawan lainnya.
2.    Konflik individu dengan kelompok
Konflik semacam ini dapat terjadi antara individu pimpinan dengan kelompok ataupun antara individu karyawan dengan kelompok pimpinan.
3.    Konflik kelompok dengan kelompok
Ini bisa terjadi antara kelompok pimpinan dengan kelompok karyawan, kelompok pimpinan dengan kelompok pimpinan yang lain dalam berbagai tingkatan maupun antara kelompok karyawan dengan kelompok karyawan yang lain.
Konflik terjadi karena adanya interaksi yang disebut komunikasi. Hal ini berarti pula, bila kita ingin mengetahui konflik berarti kita harus mengetahui kemampuan dan perilaku komunikasi. Semua konflik mengandung komunikasi, tapi tidak semua konflik berakar pada komunikasi yang buruk. Menurut Myers. Jika komunikasi adalah suatu proses transaksi, yang berupaya mempertemukan perbedaan individu secara bersama-sama untuk mencari kesamaan makna, maka dalam proses itu, pasti ada konflik. Konflik pun tidak hanya diungkapkan secara verbal tapi juga diungkapkan secara nonverbal seperti dalam bentuk raut muka, gerak badan, yang mengekspresikan pertentangan.
3.  Metode Untuk Menangani Konflik
Metode yang sering digunakan untuk menangani konflik adalah pertama dengan mengurangi konflik; kedua dengan menyelesaikan konflik. Untuk metode pengurangan konflik salah satu cara yang sering efektif adalah dengan mendinginkan persoalan terlebih dahulu (cooling thing down). Meskipun demikian cara semacam ini sebenarnya belum menyentuh persoalan yang sebenarnya. Cara lain adalah dengan membuat “musuh bersama”, sehingga para anggota di dalam kelompok tersebut bersatu untuk menghadapi “musuh” tersebut. Cara semacam ini sebenarnya juga hanya mengalihkan perhatian para anggota kelompok yang sedang mengalami konflik.
Cara kedua dengan metode penyelesaian konflik. Cara yang ditempuh adalah dengan mendominasi atau menekan, berkompromi dan penyelesaian masalah secara integratif.
a.    Dominasi (Penekanan)
Dominasi dan penekanan mempunyai persamaan makna, yaitu keduanya menekan konflik, dan bukan memecahkannya, dengan memaksanya “tenggelam” ke bawah permukaan dan mereka menciptakan situasi yang menang dan yang kalah. Pihak yang kalah biasanya terpaksa memberikan jalan kepada yang lebih tinggi kekuasaannya, menjadi kecewa dan dendam. Penekanan dan dominasi bisa dinyatakan dalam bentuk pemaksaan sampai dengan pengambilan keputusan dengan suara terbanyak (voting).
b.    Kompromi
Melalui kompromi mencoba menyelesaikan konflik dengan menemukan dasar yang di tengah dari dua pihak yang berkonflik ( win-win solution ). Cara ini lebih memperkecil kemungkinan untuk munculnya permusuhan yang terpendam dari dua belah pihak yang berkonflik, karena tidak ada yang merasa menang maupun kalah. Meskipun demikian, dipandang dari pertimbangan organisasi pemecahan ini bukanlah cara yang terbaik, karena tidak membuat penyelesaian yang terbaik pula bagi organisasi, hanya untuk menyenangkan kedua belah pihak yang saling bertentangan atau berkonflik.
c.    Penyelesaian secara integratif
Dengan menyelesaikan konflik secara integratif, konflik antar kelompok diubah menjadi situasi pemecahan persoalan bersama yang bisa dipecahkan dengan bantuan tehnik-tehnik pemecahan masalah (problem solving). Pihak-pihak yang bertentangan bersama-sama mencoba memecahkan masalahnya,dan bukan hanya mencoba menekan konflik atau berkompromi. Meskipun hal ini merupakan cara yang terbaik bagi organisasi, dalam prakteknya sering sulit tercapai secara memuaskan karena kurang adanya kemauan yang sunguh-sungguh dan jujur untuk memecahkan persoalan yang menimbulkan persoalan.[2]
4.  Prinsip-prinsip penyelesaian konflik
1     Pastikan bahwa pemeliharaan hubungan yang baik mendapat prioritas utama. Sedapat mungkin, setiap orang memperlakukan orang lain dengan pantas dan memberikan penghormatan yang layak. Meskipun berada di bawah tekanan, mengupayakan tetap bertingkah laku sopan dan menghargai orang lain.
2     Bedakan antara orang dengan perilakunya, yaitu dengan bersikap objektif seseorang dapat mengambil langkah dengan bijaksana.
3     Berikan perhatian pada pendapat yang dikemukakan oleh seseorang. Dengan mendengarkan secara penuh perhatian, maka seseorang dapat memahami mengapa dia bersikap dan bertingkah laku begitu.
4     Dengar dahulu, bicara belakangan.[3]

  1. PERMASALAHAN
Organisasi merupakan sarana untuk mengembangkan potensi  seseorang  diantaranya  menambah wawasan dalam berinteraksi antar sesama. Dalam  organisasi tidak selamanya berjalan dengan lancar, ada kalanya muncul suatu permasalahnan atau konflik  yang dihadapi organisasi tersebut, misalnya kurangnya kerjasama antar anggota (team work). Dari yang pemakalah pernah alami sebut saja organisasi IPNU, ketika ingin mengadakan suatu kegiatan misal seminar kepemudaan  yang dibentuk oleh ketua umum  yaitu membuat susunan kepanitiaan dalam kegiatan tersebut. Sesudah dibentuk biasanya panitia mengadakan rapat pertama dengan tujuan untuk merencanakan kegiatan tersebut, akan tetapi  anggota yang diundang  untuk menghadiri rapat tersebut  sangat sedikit. Hingga saat rapat gladi bersihpun anggota yang mengikuti rapat tetap itu dan itu. Sehingga yang mengatur acara sampai bersih-bersihpun ketua panitia dan ketua umum.
Pada saat rapat antara ketua panitia dan umum berbeda pendapat mengenai lokasi kegiatan, ketua panitia mengingikan lokasi kegiatan berada di gedung yang mewah karena dia optimis bahwa dana bisa didapat dengan menyebar proposal di perusahaan ternama di kudus, sedangkan ketua umum hanya menginginkan lokasi kegiatan berada ditempat yang biasa melihat kas IPNU yang minim dan dana dari luar terkadang sangat sulit.
Akibat perseteruan tersebut ketua umum tidak mau ikut andil dalam kegiatan tersebut karena idenya tidak disepakati oleh ketua panitia dan panitia yang lain. Pada akhirnya dengan berat hati ketua panitia berserta anggota lain menyetujui kebijakan dari ketua umum.

  1. ANALISIS
Permasalahan di atas merupakan konflik hierarki yaitu: konflik yang terjadi antara berbagai tingkatan dalam struktur  organisasi[4] (antara ketua dengan stafnya). Pada permasalah ini pemakalah menganalisis sebagai pihak pertama yaitu ketua panitia.
Konflik ini lebih mengedepankan dominasi (penekanan orang yang memiliki jabatan lebih tinggi pada yang lebih rendah). Karena itu agar terlaksananya kegiatan yang akan diselenggarakan, pada kesepakatan yang dihasilkan mengharuskan staf-stafnya untuk melaksanakan sesuai dengan keinginannya atau  kebijakan seorang pemimpin. Walaupun dengan berat hati seorang staf harus melaksanakan tugasnya. Namun dengan media komunikasi yang baik antara pemimpin dan staf dapat terjalin hubungan yang baik dengan tetap memegang prinsip-prinsip penyelesaian masalah dalam suatu organisasi.
Di antara prinsip-prinsipnya yaitu: menjaga hubungan yang baik antara bahwan dan atasan atau sesama, memandang pembicaraannya bukan orang/jabatannya (jika yang dikatakan baik lakukanlah, jika yang dikatakan buruk tinggalkanlah), menghargai pendapat orang lain dan mendengarkan pendapatnya baru kita bicara. Dengan adanya prinsip seperti itu maka akan terbentuk organisasi yang stabil dan terjaga hubungan antar pengurus.



DAFTAR PUSTAKA

Siswanto dan Agus Sucipto, Teori & Perilaku Organisasi Sebuah Tinjauan Intregatif, UIN Malang Press, Malang, 2008.
Handoko T. Hani, Manajemen Edisi II, BPFE-YOGYAKARTA, Yogyakarta, 2003.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan