© Attention :
“ Demi Kenyamanan Pengunjung kami rekomendasikan menggunakan
Browser ChromeTerima Kasih . . . . .”

BIMBINGAN KONSELING DAN PENDIDIKAN RELIGIUS

I.        Latar Belakang Masalah
Islam memandang bahwa pendidikan adalah hal yang sangat penting terutama dalam kaitannya untuk memahami, mengolah, memanfaatkan dan mensyukuri nikmat Allah. SWT. Pendidikan dan ilmu pengetahuan merupakan cahaya bagi kehidupan manusia sehingga perilaku manusia dapat membedakan mana yang bathil dan mana yang tidak, mana yang haram dan mana yang halal. Sebab salah satu kondisi yang memungkinkan manusia menjadi takwa dan beriman adalah kemauan (manusia) berpikir yang bisa dicapai dan ditindaklanjuti dari pendidikan.
Tentang  visi pendidikan islam, Abdur Rahman sebagaimana dikutip oleh edy  Purwo Saputro memaparkan bahwa pendidikan harus menngandung komponen penting yaitu : ragawi (jasmaniah), akal (aqliyah), dan spiritual (ruhiyah), jika ketiga komponen  tersebut dapat mengkristal dalam diri peserta didik maka akan terbentuk pribadi yang utuh, baik dalam wujud interaksi dalam dirinya sendiri maupun dengan lingkungannya.[1]
Pendidikan islam bertujuan untuk membantu peserta didik mencapai kemampuan fisik, mengembangkan intelegensia, menyajikan fakta-fakta yang releven dan memadai untuk meningkatkan semangat sikap moralitas islami-qur’ani. Semangat moralitas islami yang berqur’ani menandaskan bahwa intelektual muslim  pada dasarnya adalah penafsir dari kandungan  alqur’an sebagai wahyu yang paling lengkap bagi umat manusia sebagai bentuk  kitab suci yang tidak hanya kisah umat masa lalu, sekarang dan masa depan tapi juga membenarkan wahyu-wahyu terdahulu.
Manusia pada dasarnya memiliki naluri religius, yaitu naluri untuk berkepercayaan atau memiliki kecenderungan beriabadah kepada Tuhan. Dalam tinjauan yang lebih luas naluri itu tidak dimonopoli  oleh suatu kelompok tertentu. Naluri religius itu muncul berbarengan dengan hasrat manusia memperoleh kejelesan tentang hidup ini. Karena itu, setiap pribadi cenderung untuk mencari dan menemukan “pusat hidup”, oleh sebab itu manusia sering disebut “mahluk Pencari makna hidup”.
Menurut Dr. Nurcholis Madjid, sumber - sumber makna hidup pada intinya ada tiga. Pertama, nilai - nilai kreatif, sebagai contohnya seperti bekerja dan berkarya, baik secara individu atau melibatkan diri dalam harmoni sosial (bhakti sosial) misalnya, partisipasi ikut memberantas kebodohan dan keterbelakangan dan sebagainya; kedua, nilai - nilai penghayatan yakni meyakini kebenaran keimanan, serta nilai - nilai yang dianggap berharga. Misalnya dalam sholat kita tidak sekedar berdialog dengan Allah  melainkan bagaimana menghadirkan Allah dalam sholat, lebih - lebih Allah hadir dalam semua aktifitas kita; ketiga, nilai - nilai bersikap yakni menerima dengan tabah dan mengambil sikap yang tepat terhadap penderitaan. Misalnya dalam hal ini Nurcholis mengambil contoh Nabi Ibrahim yang diperintah Allah SWT untuk menyembelih anaknya. Pada akhirnya Nabi Ibrahim menemukan penghayatan makna hidup sejati, bahwa anak bukan segala-galanya. Karena yang diharapkan hanyalah ridha Allah dan disertai dengan sikap tabah.[2]
Hidup manusia adalah bermakna dan makna terakhir hidup itu adalah kembali kepada kebenaran, jalan Ilahiyah. Hanya dengan jalan mengikuti petunjuk-Nya itulah tempat tujuan hidup kita.
Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya . kesadaran ini akan membimbing manusia ke arah jalan hidup yang benar  di dunia ini, khususnya dalam berhubungan dengan  manusia yang merupakan manifestasi dari dimensi keimanan dan ketakwaan personal dan kesalehan sosial.
Pembentukan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT menjadi tolok ukur pertama dan utama dalam pengelolaan pendidikan Islam. Sekolah merupakan tempat bagi anak didik untuk belajar bermasyarakat, agar dapat berfungsi dan mampu mengaktualkan diri sebagai hamba Allah sekaligus khalifah-Nya di bumi. Sekolah bertujuan membentuk manusia beriman, berilmu dan trampil serta bersemangat dalam beramal, sehingga tercipta masyarakat yang terhormat di dunia dan selamat di akhirat. Sekolah juga bertujuan membantu terbentuknya manusia yang kreatif dan bertanggung  jawab kepada Allah SWT.[3]
Nuansa pendidikan yang spiritualis tersebut menyadarkan kita  tentang pentingnya konsep At-Tarbiyyah Ar-Ruuhiyyah (pendidikan ruhani), untuk dirumuskan dan diimplementasikan dalam pendidikan Islam. Dengan pendidikan ruhani dharapkan muncul suatu kemampuan spiritual intelligence (kecerdasan spiritual) dalam diri peserta didik. Dengan kepemilikan spiritual intelligence yang memadai, maka peserta didik akan dapat mengendalikan dirinya dan mengembangkan segala peristiwa yang dialaminya kepada pemegang otoritas nilai tertinggi, yakni Allah SWT.
Sejalan dengan urgensi pendidikan Ruhani tersebut, Dr. Utsman Abdul Mu’is Ruslan, menemukan tiga alasan yang mendorong gerakan Islam Ikhwanul muslimin, menyelenggarakan pendidikan ruhani: pertama, menurut Ikhwanul Muslimin manusia memiliki dimensi spiritual, dan ruh (jiwa) itulah yang mencerminkan eksistensinya yang hakiki. Dengan ruh itu, ia layak disebut manusia; kedua, mereka meyakini bahwa umat ini tidak akan bangkit kembali tanpa kebangkitan spiritualnya. Menurut mereka, tidak ada yang bisa melawan gelombang materialisme yang memporakporandakan Mesir kala itu, selain pendidikan ruhani (tarbiyah ruhiyah) ; ketiga, mereka meyakini bahwa aspek - aspek keimanan  dan keislaman tidak akan hidup dalam diri seseorang, jika tidak ada hubungan spiritual yang mendalam antara dirinya dengan Allah swt.  [4]
Pendapat senada juga disampaikan oleh Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, bahwa pendidikan ruhani merupakan pilar utama dari pendidikan Islam, karena ruhani merupakan  tolak ukur kebaikan dan keburukan serta spirit manusia, jika ruhaniahnya baik maka semua dimensi yang lain (akal dan tubuh) akan baik. Lebih lanjut lagi beliau juga mengatakan bahwa pendidikan ruhani merupakan salah satu pilar kebangkitan umat Islam. Serta di tengah kegelisahan dalam meluruskan bentuk dan sistem pendidikan ia menjadi kebutuhan yang mendesak dan vital dalam kehidupan umat Islam saat ini.[5] 
Dengan perspektif - perspektif di atas, peneliti merasa terpanggil untuk mengkaji secara mendalam persoalan - persoalan yang berhubungan dengan pendidikan ruhani kaitannya dalam konseling Islam dalam bentuk skripsi yang berjudul “PENDIDIKAN RUHANI IMPLIKASINYA DALAM KONSELING PENDIDIKAN ISLAM”, semoga penelitian ini dapat memberi sumbangan berarti bagi kemaslahatan umat  Islam...
II.     Alasan Pemilihan Judul
Penelitian skripsi yang berjudul, “PENDIDIKAN RUHANI IMPLIKASINYA DALAM KONSELING PENDIDIKAN ISLAM”,  ide tersebut muncul didorong oleh pertimbangan dan alasan -alasan sebagai berikut:
1.       Pendidikan ruhani merupakan satu pilar penting dalam pendidikan Islam, apabila ruhaniahnya baik, maka seluruh dimensi yang lain (akal, tubuh) menjadi baik, sebaliknya bila ruhaniahnya jelek, maka seluruh dimensi yang ada dalam diri manusia akan ikut menjadi jelek.
2.       Penelitian tentang konsep pendidikan ruhani kaitannya dengan konseling pendidikan Islam mempunyai relevansi dengan pemecahan problematika umat Islam di era modern. Relevansi itu berkenaan dengan kondisi umat Islam yang terdera budaya barat dengan budayanya yang materialistic. Suatu sikap yang mengukur segala sesuatu secara materi. Dalam kaitan ini Islam mengajarkan bahwa pribadi seorang muslim ditentukan oleh derajat ketaqwaannya, bukan dilihat dari kepemilikan barang - barang yang bersifat material.
3.       Masih minimnya riset tentang konsep pendidikan ruhani kaitannya dengan konseling pendidikan Islam. Padahal pendidikan ruhani memilikki peran sentral dalam meningkatkan dan mengembangan seluruh potensi yang dimiliki oleh manusia.
III.  Penegasan judul
Untuk menghindari kekacauan kajian dan pemahaman judul skripsi di atas,  maka penulis perlu menjelaskan  istilah - istilah kuncinya saja, sebagai berikut :
1.      Pendidikan ruhani
Pendidikan ruhani adalah suatu usaha untuk memperkuat hubungan antara ruhani[6] manusia dengan Alah swt melalui jalan menyembah dan merendahkan diri kepada-Nya serta taat dan tunduk kepada syari’at Islam,[7] untuk mencapai kesempurnaan Insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah, dan kesempurnaan insan yang bermuara pada kebahagiaan di dunia dan akhirat.[8]


2.      Implikasi
Menurut WJS. Poerwadarminta, implikasi artinya  keterlibatan.[9]
3.      Konseling pendidikan Islam
Konseling pendidikan Islam  adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali akan eksistensinya sebagai mahluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.[10]
Jadi tegasnya pendidikan ruhani implikasinya dalam konseling pendidikan Islam adalah menjelaskan implikasi pendidikan ruhani dalam proses konseling pendidikan Islam.
IV.             Rumusan masalah  
Focus masalah yang hendak peneliti kaji dalam skripsi “PENDIDIKAN RUHANI IMPLIKASINYA DALAM KONSELING PENDIDIKAN ISLAM” terformulasi dalam pertanyaan sebagai berikut :
1.      Apakah pendidikan ruhani itu ?
2.      Apakah konseling pendidikan pendidikan Islam itu ?
3.      Adakah implikasi pendidikan ruhani dalam konseling pendidikan Islam ?.
V.             Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.       Tujuan
Berdasarkan focus masalah di atas, maka penelitian skripsi ini bertujuan :
a)       Untuk mengetahui hal-ikhwal tentang pendidikan ruhani
b)      Untuk mengetahui hal-ikhwal tentang konseling pendidikan Islam
c)       Untuk mengetahui ada atau tidak adanya implikasi pendidikan ruhani dalam konseling pendidikan Islam
2.       Manfaat
Penelitian skripsi ini, diharapkan dapat memberi manfaat teoritis dan praktis bagi bangsa Indonesia :
a)       Maksud kegunaan teoritis, adalah bahwa usaha penelitian skipsi ini dilakukan  untuk mengkaji wacana pendidikan ruhani dari para tokoh dan pakar dalam bingkai ilmu pendidikan Islam.
b)      Maksud kegunaan praktis, adalah penelitian ini diharapkan bisa menjadi semacam jembatan kecil bagi antar generasi Islam (pendidik Islam) untuk melakukan proses dialog karya yang serta berdampak positif bagi peningkatan mutu out put pendidikan Islam.
VI.             Tinjauan Pustaka
Sejauh pengamatan peneliti, belum diketahui tulisan yang secara mendetail membahas tentang pendidikan ruhani dikaitkan dengan konseling pendidikan Islam. Sekalipun banyak karya yang membahas tentang pendidikan ruhani, di dunia Islam maupun barat secara umum dan di Indonesia khususnya. Karya-karya tersebut jika ditilik dari sudut pembahasannya dapat dipilah menjadi karya pendidikan ruhani secara teoritis dan pendidikan ruhani secara praktis.
Secara teoritis, misalnya karya Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ: Spiritual Intelligence, The Ultimate Intelligence, Bloomsbury, London, 2000, 324 halaman, karya ini dalam edisi Indonesianya telah diterbitkan oleh mizan. Buku ini memperkenalkan  tentang kecerdasan spiritual secara konseptual.
Karya lain, yakni Mencerdaskan Anak, oleh Suharsono memberikan uraian tentang metode pendidikan anak dengan pendekatan nilai-nilai spiritual dengan paradigma baru.[11]
Sedangkan karya pendidikan ruhani secara praktis di antaranya : Mawaridul Amn al-Muntaqa’ min Ighatsatullahfan fi Masyayidisy Syaithan, oleh Ibnu Qayyim  Al - Jauziyah kitab ini berisi tentang bagaimana membersihkan hati dari gelombang godaan fitnah syetan yang ingin merobohkan tiang - tiang penyangga perbaikan, kebajikan dan kesentosaan dengan pendekatan normatif beliau mengeksplorasi kondisi hati dan trik - trik syetan dalam menggoda manusia, untuk disesatkan. [12]
Karya yang lain, At Tarbiyyah Ar Ruuhiyah, oleh Dr. Ali Abdul Halim  Mahmud, meskipun kitab ini secara khusus berbicara tentang pendidikan ruhani, tetapi masih dalam bingkai yang sangat umum dan lebih bersifat normatif.[13]
Ada juga karya KH. Abdullah Gymnastiar, Aa Gym dan Fenomena Daarut Tauhid, di edit oleh Hernowo dan M. Deden Ridwan, karya ini adalah kumpulan wawancara  terhadap KH. Abdullah Gymnastiar, secara inti meskipun beragam tema, tetapi ada satu yang menjadi pengikat seluruh materi wawancara yaitu bermuara pada konsep managemen qalbu, yang merupakan cara praktis untuk mendidik hati yang bersih.[14]
Kemudian dari KH. Toto Tasmara, kecerdasan ruhani, ini satu karya yang secara praktis ingin mengkritisi konsep kecerdasan spiritual yang diusung  oleh kalangan barat yang bersifat sekuler dan materialistik. Sehingga kurang spesifik.[15]
Kemudian ada juga buku karya Prof. Dr. Thohari Musnamar, Dasar Dasar Konseptual Bimbingan Dan Konseling Islami, karya ini membahas tentang proses konseling dalam prespektif Islam, dalam uraiannya yang bersifat pengantar.[16]
Sehingga sejauh pelacakan peneliti terhadap karya - karya tersebut, peneliti melihat belum ada (belum ditemukan) sebuah pembahasan yang secara spesifik membahas tentang pendidikan ruhani yang dikaitkan dengan konseling pendidikan Islam. Oleh karena  itu peneliti ingin mengisi celah itu lewat penelitian skripsi ini.
VII.             Metode penelitian
Untuk mencapai hasil penelitian yang memenuhi standar ilmiah, maka upaya untuk memahami atau mendekati objek kajian yang dipilih, penulis menggunakan metode sebagai berikut :
1.       Metode Pengumpulan Data:
Cara untuk mengumpulkan seluruh data penelitian skripsi ini, peneliti menggunakan riset pustaka (library reseach). [17]  Kemudian data - data yang dikumpulkan, peneliti klasifikasi menjadi dua macam, yaitu data primer dan data sekunder.
a.       Data primer adalah data yang menjadi rujukan pokok dalam menyusun skripsi. Data yang termasuk dalam kategori primer dalam penelitian ini : karya Dr. Ali Abdul Halim Mahmud yang berjudul : Pendidikan Ruhani, terjemahan dari At Tarbiyah Ar Ruuhiyah. Kemudian karta Drs. K.H. Toto Tasmara, yang berjudul kecerdasan ruhaniyah (membentuk kepribadian yang bertanggung jawab).
b.       Data sekunder, adalah data yang berfungsi sebagai pendukung data primer. Data ini diambil dari buku - buku, jurnal, majalah, artikel, dan dokumen – dokumen yang  berkaitan dengan fokus penelitian ini.
2.       Metode Analisis Data
Untuk menganalisis data yang terkumpul, peneliti menggunakan metode deduktif, dan komparatif sebagai berikut :
a.       Metode deduktif
Metode deduktif  adalah metode yang bertitik tolak pada hal – hal yang bersifat umum, kemudian dijabarkan dan diambil kesimpulan dalam pengertian yang lebih khusus.[18]
b.       Metode Content Analisis
Metode Content Analisis  (analisis isi) adalah merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan atau komuniksi yang ada untuk menerapkan metode ini terkait dengan data - data kemudian dianalisis sesuai dengan isi materi yang dibahas[19].
Metode ini peneliti gunakan untuk menganalisis isi buku yang merupakan sumber primer maupun sekunder, mengkaitkannya dengan fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar.
3.       Metode Interpretasi Data
Menurut Anton Bakker dan Zubair, metode interpretasi data adalah menyelami isi buku, untuk dengan setepat mungkin mampu mengungkapkan arti dan makna uraian yang disajikannya.[20]
VIII.             Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk memperoleh gambaran skripsi secara jelas dan menyeluruh, peneliti akan memaparkan sistematika penelitian ini dalam tiga bagian, yaitu bagian pertama terdiri dari halaman judul, nota pembimbing, yaitu bagian pertama terdiri dari halaman judul, nota pembimbing, halaman pengesahan, motto, halaman persembahan, kata pengantar daftar isi.
Sedang bagian kedua yaitu tentang sistematika, kerangka skripsi yang terdiri dari lima bab yaitu :
Bab I          Pendahuluan dalam bab ini berisi latar belakang permasalahan, alasan pemilihan judul, penegasan judul, rumusan masalah, tujuan  dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II        Membahas tentang gambaran pendidikan ruhani secara umum yang meliputi ; pengertian pendidikan ruhani, dasar – dasar pendidikan ruhani dan pengaruh pendidikan ruhani baik secara individual maupun kolektif.
Bab III       Membahas tentang konseling pendidikan Islam secara umum yang meliputi ; pengertian konseling pendidikan Islam, dasar - dasar, tujuan dan fungsi konseling pendidikan Islam serta konseling Islam sebagai metode pendidikan .
Bab IV       Analisis penelitian yang meliputi : implikasi pendidikan ruhani dalam konseling  pendidikan Islam dan signifikansi pendidikan ruhani dalam konseling pendidikan Islam.
Bab V        Penutup dalam penutup ini ada tiga bagian yaitu kesimpulan, saran – saran dan pentup
Sedangkan pada bagian akhir dari skripsi ini akan dicantumkan daftar pustaka, daftar ralat lampiran – lampiran dan riwayat hidup penulis.
Demikian proposal ini penulis buat, semoga penulisan skripsi berjudul “PENDIDIKAN RUHANI IMPLIKASINYA TERHADAP KONSELING PENDIDIKAN ISLAM,” mendapatkan ridho dari Allah SWT dan menjadi bahan kajian untuk mencapai kemaslahatan umat. Amien.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Ustman Mu’iz Ruslan, Dr.,   Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin : Studi Analisis Evaluatif Terhadap Proses Pendidikan Politik “Ikhwan” Untuk Para Anggota Khususnya dan Seluruh Masyarakat Mesir Umumnya, dari Tahun 1982, Hingga 1954, Era Intermedia, Solo, Cet , 2000
Adhi, Sudarto, Unsur – Unsur Penelitian, Penerbit PC HMI, Semarang, 1996
Bakker, Anton dan Ahmad Choris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, Kanisius, Yogyakarta, Cet, I
Hadi, Sutrisno, MA, Prof. Dr.,  Metodologi  Reseach, Jilid I, Fakultas Psikologi  UGM Yogyakarta
Halim, Abdul Mahmud, Dr.,  Pendidikan Ruhani, Terj. Abdul Hayyie Al Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, Cet. I, 2000
Hernowo dan Ridwan, Deden, (Ed) Aa Gyim Dan Fenomena Darut Tauhid, Mizan, Bandung, Cet VI, 2002
Madjid, Nurcholis Prof. Dr., Dkk, Dalam Manusia Modern Mendamba Allah, Renungan Tasyawuf Positif, Iman dan Hikmah, Jakarta, Cet 2002
Madjid, Nurcholis, DR.,  Masyarakat Religius, Paramadina, Jakarta, Cet. I,  1997
Musnamar, Thohari, Prof. Dr.,  Dasar – Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, UII Press, Jakarta, 1992
Nata, Abuddin, MA., Dr. H.,  Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam). Raja Grafindo Persada, Cet. II, 2001
Poerwadarminta, WJS., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1976
Qayyim, Abdul, dalam Surat – Surat Al Ghazali, Hikmah, Jakarta, Cet V 2000
Qayyim, Ibnu Al – Jauziyah, Managemen Qalbu (Melumpuhkan Senjata Syetan), Terj. Ainul Haris Umar Arifin Thayib, LC. Darul Falah, Jakarta, Edisi II
Rachman, Arief M. Pd, DR. H.,  Dalam Kata Pengantar Karya Suharsono, Mencerdaskan Anak ( Mensintesakan Kembali Intelegelensi Umum (IQ) dan Ineteleligensi Emosional (EQ) dengan Intlligensi Spiritual (IS) Inisiasi Press, Jakarta, Cet I, 2000
Saputro, Edy Purwo, Pendidikan dan Pembangunan, Republika, Jakarta, 1 Mei, 1995
Suharsono, Mencerdaskan Anak (Mensintesakan Kembali Intelegensi Umum (IQ) dan Intelegensi Emosional (EQ) dengan Intelegensi Spiritual (IS), Inisiasi  Press, Cet, I
Surachmad, Winanarno, Dr.,  Dasar dan Teknik Reseach, Tarsito, Bandung, tt
Tasmara, Toto, Drs., Kecerdasan Ruhaiah (Transcendental Intellgence) Membentuk Kepribadian Muslim Yang Bertanggung Jawab, Profesional, dan berakhak, Gema Insani Press, Jakarta, Cet I, 2001
Zohar, Danah, SQ. Spiritual Intelligencetimate Intelligence, Terj: Dr. Hidayat Nata Atmadja, Intelligensi Spiritual  : Intelegensi Manusia Manusia Kreatif, Kaum Sufi, Dan para Nabi, Intuisi Press, Jakarta, 2003




[1] Edy Purwo Saputro, Pendidikan dan Pembangunan, Republika, Jakarta, 1 Mei, 1995, hlm. 6
[2] DR. Nurcholis Madjid, Masyarakat Religius, Paramadina, Jakarta, Cet.I  1997, hlm. 141
[3] DR. H. Arief Rachman, M. Pd, Dalam Kata Pengantar Karya Suharsono, Mencerdaskan Anak ( Mensintesakan Kembali Intelegelensi Umum (IQ) dan Ineteleligensi Emosional (EQ) dengan Intlligensi Spiritual (IS) Inisiasi Press, Jakarta, Cet I, 2000, hlm. VI
[4] Dr.  Ustman Abdul Mu’iz Ruslan,  Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin : Studi Analisis Evaluatif terhadap Proses Pendidikan Politik “Ikhwan” untuk para Anggota khususnya dan seluruh masyarakat Mesir Umumnya, dari tahun 1982, hingga 1954, Era Intermedia, Solo, Cet. I, 2000, hlm. 493 - 494
[5] Dr. Ali Abdul Halim Mahmud,  Pendidikan Ruhani, GIP, Jakarta, 2001, hlm. 29
[6] Prof. Dr. Nurcholis Madjid, Dkk, Dalam Manusia Modern Mendamba Allah, Renungan Tasyawuf Positif, Iman dan Hikmah, Jakarta, Cet 2002,  hlm. 223; Mendefinisikan ruhani adalah suatu yang mengendalikan, yang memberikan visi dan nilai bimbingan bimbingan kepada jiwa - jiwa nabati, hewani, dan insani
[7] Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Pendidikan  Rohani, Gema Insani Press, Jakarta, Cet I, 2000, hlm. 64
[8] Dr. H. Abuddin Nata, MA., Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam). Raja Grafindo Persada, Cet. II, 2001, hlm. 86
[9] WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1976,         hlm. 377
[10] Prof. Dr. Thohari Musnamar, Dasar – Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, UII Press, Jakarta, 1992, hlm. 5
[11] Suharsono, Mencerdaskan Anak (Mensintesakan Kembali Intelegensi Umum (IQ) dan Intelegensi Emosional (EQ) dengan Intelegensi Spiritual (IS), Inisiasi  Press, Cet, I, 209 halaman
[12] Ibnu Qayyim Al – Jauziyah, Managemen Qalbu (Melumpuhkan Senjata Syetan), Terj. Ainul Haris Umar Arifin Thayib, LC. Darul Falah, Jakarta, Edisi II, 450 halaman.
[13] Dr.Abdul Halim Mahmud, Pendidikan Ruhani, Terj. Abdul Hayyie Al Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, Cet. I, 2000, 209 halaman
[14] Hernowo dan Deden Ridwan, (Ed) Aa Gyim Dan Fenomena Darut Tauhid, Mizan, Bandung, Cet VI, 2002, 252 , halaman
[15] Drs. K.H. Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniyah (Transendental Eintelgent) Membentuk Kepribadian Yang Bertanggung Jawab, Gema Insani Press, Jakarta, Cet I, 2001, 302 halaman
[16] Prof. Dr. Thohari Musnamar, Dasar - Dasar Konseptual Bimbingan Dan Konseling Islami, UII  Press, Yogyakata, 1992, 147 halaman
[17] Sudarto Adhi, Unsur – Unsur Penelitian, Penerbit PC HMI, Semarang, 1996, hlm. 2
[18] Prof. Dr. Sutrisno Hadi, MA, Metodologi  Reseach, Jilid I, Fakultas Psikologi  UGM Yogyakarta, hlm. 42
[19] Prof. Dr. Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif Pendekatan Positivistik, Rasionalistik, Fenomenoogi Dan Realieme Metafisik Telaah Studi Teks Dan Penelitian Agama,  Yogyakarta,  Bayu Indra Grafika, 1989, hlm. 49
[20] Anton Bakker dan Ahmad Choris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, Kanisius, Yogyakarta, Cet, I, hlm. 69

Tiada ulasan:

Catat Ulasan