© Attention :
“ Demi Kenyamanan Pengunjung kami rekomendasikan menggunakan
Browser ChromeTerima Kasih . . . . .”

PSIKOLOGI (POTENSI MANUSIA)

POTENSI MANUSIA
A.    Pendahuluan
Manusia diciptakan Allah SWT dengan tujuan yang mulia, dan sama sekali bukan untuk main-main. Tujuan Allah menciptakan manusia, tidak lain adalah agar manusia mengabdikan hidup kepada-Nya.[1] Tuhan berfirman dalam Al-Qur’an :
                  وما خلقت الجن والانس إلا ليعبدون (٥٦)
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”(QS adz-Dzariyat : 56)[2]
Allah SWT, Sang Pencipta Manusia menghendaki agar kehidupan manusia di dunia ini diarahkan untuk mengabdi kepada-Nya. Untuk mewujudkan kehendak-Nya itu Allah telah menancapkan dalam diri manusia kesediaan untuk menyembah-Nya atau mengesakan-Nya.
Manusia pada dasarnya memiliki sifat yang baik karena manusia terlahir dalam keadaan fitrah sebagaiman Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari :
كل مولود يولد على الفطرة الا ابواه ان يهودنه اويمجسانه اويمصرانه
“Anak-anak lahir dalam keadaan fitrah; orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi atau Nasrani”[3]
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia berpotensi dalam kebaikan akan tetapi lingkungannya yang telah mempengaruhi diri manusia tersebut.
Manusia mempunyai beragam potensi sebagaiman diantaranya disebutkan dalam QS Ali Imran : 14
زيّن للنّاس حبّ الشّهوات من النّساء والبنين والقنطير المقنطرة من الذّهب والفضّة والخيل المسوّمة والأنعم والحرث ذالك متع الحيوة الدّنيا والله عنده حسن المعئاب(١٤)
 “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak [1]dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”.
[1]  yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yang termasuk jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri.[4]

B.  Permasalahan
1.      Apa Pengertian Potensi Manusia?
2.      Apa saja potensi-potensi Manusia?


C.  Pembahasan
1.   Pengertian Potensi
Potensi diri merupakan kemampuan, kekuatan, baik yang belum terwujud maupun yang telah terwujud, yang dimiliki seseorang, tetapi belum sepenuhnya terlihat atau dipergunakan secara maksimal.[5]
2.   Macam-Macam Potensi Manusia
Allah s.w.t telah memuliakan manusia dari makhluk-Nya. Manusia dimuliakan Allah s.w.t dengan dilengkapi dengan tiga potensi yang urgen berupa hati, akal dan jasad.
1.      Potensi hati : manusia dapat membedakan mana yang haq dan mana yang batil, mana yang benar dan mana yang salah, mana yang indah dan mana yang buruk Jika hati manusia bersih, maka ia akan selalu menerima yang haq, menerima yang benar dan menerima yang indah, dan begitu pula sebaliknya. yang termasuk dalam potensi hati adalah potensi emosi.

Potensi Emosi
Setiap manusia mempunyai cita rasa yang berbeda dan manusia dapat memahami perasaan orang lain, memahami perasaan makhluk lain, memahami suara alam, ingin mencintai dan dicintai, memperhatikan dan diperhatikan, menghargai dan dihargai.
Pada umumnya  
Sebagian manusia memiliki potensi yang besar untuk belajar hal-hal yang mementingkan perasaan. Contoh : Orang yang berpotensi dalam bidang musik mampu mempelajari musik dengan cepat dan mampu untuk mengembangkan diri dalam bidang musik atau menciptakan kreasi baru dalam bidang musik.[6] Dibawah ini adalah ayat-ayat yang berhubungan dengan potensi pemikiran:

ولما فصلت العير قال أبوهم إنّى لأجد ريح يوسف لولا أن تفنّدون (٩٤)
Ayat tersebut ditafsirkan sebagai berikut :
1.      Menurut Ibnu abbas dalam kitab tafsir as-Samar Qandi, kata
( تفنّدون )   yang artinya : menganggap bodoh.[7]
2.      Menurut Mujahid dan ibnu hasan dalam kitab tafsir Ibnu kasir, kata ( تفنّدون ) ditafsiri dengan lafadz ( توحرّمون ) yang artinya : menganggap pikun.[8]
3.      Menurut  Al-Maraghy dalam kitab tafsir Al- Maraghy kata
 ( لولا أن تفنّدون ) yang artinya : janganlah mencelaku dengan perkataan, lemah akal.[9]
4.      Menurut Imam Ar-razi syafi’i dalam kitab Tafsir Al-kabir kata
,(لولا أن تفنّدون ) yang artinya : Seandainya kalian tidak menisbatkan  saya  pada kepikunan.[10]
5.      Menurut Imam Attobatoba’I dalam kitab Tafsi Attobatoba’i  kata
 تفنّدون  (yang artinya: Menganggap lemah akal[11]
Dari berbagai penafsiran diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa semua orang tua pemikirannya berbeda-beda,tidak semua orang tua cpet lupa,dan jangan menganggap remeh pemikiran orang tua.
 وهو الّذى أنشأ لكم السّمع والأبصر والأفئدة قليلا مّا تشكرون  (٧٨)
"Dan dialah yang Telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. amat sedikitlah kamu bersyukur [1].(QS. Al-Mu’minun : 78)

[1]  yang dimaksud dengan bersyukur di ayat Ini ialah menggunakan alat-alat tersebut untuk memperhatikan bukti-bukti kebesaran dan keesaan Tuhan, yang dapat membawa mereka beriman kepada Allah s.w.t. serta taat dan patuh kepada-Nya. kaum musyrikin memang tidak berbuat demikian.
Ayat tersebut mnjelaskan bahwa rasa bersyukur berhubungan dengan hati karena ia merasa memperoleh sesuatu maka hatinya merasa senang dan akhirnya bersyukur.

والأفئدة قليلا مّا تشكرون (٩)  ثمّ سوّنه ونفخ فيه من رّوحه وجعل لكم السّمع والأبصر
 “Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”.(QS. As-Sajdah : 9)
2.      Potensi akal, manusia dapat mencari ilmu pengetahuan, dapat menemukan dan menciptakan segala sesuatu. Akal yang sehat akan selalu melahirkan ilmu yang bermanfaat, dan menciptakan segala sesuatu yang mempunyai kemashlahatan bagi manusia lainnya, dan begitu pula sebaliknya. Dalam akal terdapat potensi yaitu potensi berfikir
- Potensi Berfikir
Manusia mempunyai potensi berfikir. Sering kali Allah menyuruh manusia untuk berfikir. Maka berfikirlah. Logikanya orang hanya disuruh berfikir karena ia memiliki potensi berfikir. Maka, dapat dikatakan bahwa setiap manusia memiliki potensi untuk belajar informasi-informasi baru, menghubungkan berbagai informasi, serta menghasilkan pemikiran baru. Potensi berfikir ini berbeda antara manusia satu dibandingkan dengan manusia yang lain. Semakin besar potensi berfikir semakin besar kemampuan dalam menyerap dan mengembangkan pengetahuan. Mereka yang berpotensi besar memiliki kecenderungan ilmiah yang tinggi dan sebaliknya orang yang memiliki potensi yang rendah memiliki kecenderungan yang rendah juga.[12]
Contoh berfikir yaitu angan-angan, pertimbangan, kreativitas tingkah laku, dan lain-lain

 ولو نزّلنا عليك كتبا فى قرطاس فلمسوه بأيديهم لقال الّذين كفروا إن هذا إلاّ سحرمّبين (٧)
 “Dan kalau kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat menyentuhnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang kafir itu berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata."(QS.Al-An’am:7).Dibawah ini adalah ayat-ayat yang berhubungan  dengan potensi perkataan :

ولا تقف ما ليس لك به علم إنّ السّمع والبصر والفوْاد كلّ أولئك كان عنه  مسعولا(٣٦)
Ayat tersebut ditafsirkan sebagai berikut :
1.      Menurut Ibnu Abbas dalam kitabnya tafsir ibnu kasir, kata (wala takfu ) ditafsiri dengan lafadz,( la takul ) yang artinya : janganlah berkata, dan djelaskan lagi menurut Imam Al-Aufi : Jangan menuduh seseorang dengan sesuatu yang tidak kamu ketahui.[13]
2.      Menurut Ahmad Abdul maujud dalam kitabnya Tafsir As-Samar Qandi yang dimaksud apa yang tidak kamu ketahui adalah janganlah berbicara yang tidak kamu ketahui dan mendengar apa yang tidak berguna.[14]
3.      Menurut al-Maraghy dalam kitabnya tafsir al-Maraghy kata (Wala Taqif ) ditafsiri dengan kata ( Wala tattabi’ ) yang artinya : Janganlah kamu mengikuti yang tidak kamu ketahui, baik ucapan ataupun perbuatan, iti semua merupakan suatu aturan yang memuat macam-macam permasalahan kehidupan.[15]
4.      Menurut Imam Ar-razi syafi’i dalam kitab Tafsir Al-kabir kata (Wala Takif) ditafsiri dengan kata (Wala Taqtafi) yang artinya : Janganlah mengikuti apa yang tidak kamu ketahui baik itu berupa ucapan atau perbuatan, dan janganlah kamu menghukumi yang tidak kamu ketahui,itu semua merupakan aturan yang memuat macam-macam permasalahan hokum global.[16]
5.      Menurut Syeh imam Ismail dalam kitab Tafsir ruhil bayan kata (ma laisa laka bihi ilmun ) yang artinya : Janganlah mengikuti perkataan apa yang tidak kamu ketahui kebenarannya.[17]

3.      Potensi jasad, manusia dapat beramal sholeh. Manusia yang sholeh selalu berusaha apa yang dilakukannya bisa mendatangkan manfaat, baik bagi dirinya, keluarganya, masyarakatnya, agamanya, nusa dan bangsanya. Potensi jasad terdapat dua potensi yaitu potensi fisik dan potensi sosial
- Potensi Fisik
Ada kalanya manusia mempunyai potensi yang luar biasa untuk membuat gerakan fisik yang efektif dan efisien serta memiliki kekuatan fisik yang tanggih. Orang yang berbakat dalam bidang fisik mampu mempelajari oleh raga dengan cepat dan selalu menunjukkan permainan yang baik. Gerakan fisik yang mereka tunjukkan dilandasi oleh kecerdasan intelektual mereka, khususnya intelektualitas yang berkaitan dengan fisik. Sebagai misal, dalam bidang olah raga ada seseorang yang memiliki kemampuan lari diatas rata-rata dengan latihan lari mereka akhirnya menjadi orang yang paling kencang larinya atau lebih kencang larinya dibanding yang lain.
الّذين يذكرون الله قيما وقعودا وعلى جنوبهم ويتفكّرو فى خلق السّموات والأرض ربّنا ما خلقت هذا بطلا سبحنك فقنا عذاب النّار (١٩١)
 “ yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.”(QS. Al-Imran 191)
Berdiri, duduk dana lain-laian adalah bentuk dari kegiatan fisik, dari situ orang-orang yang beriman berfikir tentang ciptaan Allah. Bahwa Allah menciptakan segala sesuatu di muka bumi ini tidak ada yang sia-sia.
- Potensi Sosial
Pemilik potensi sosial yang besar memiliki kapasitas untuk menyesuaikan diri dan mempengaruhi orang lain. Kemampuan menyesuaikan diri dan mempengaruhi orang lain didasari kemampuan belajar, baik dalam dataran pengetahuan maupun ketrampilan. Dibidang kepemimpinan ada anak yang bisa mengubah kelompok yang tidak produktif menjadi kelompok yang produktif dan dinamis, dari kelompok yang penuh persaingan menjadi kelompok yang kompak. Dibawah ini adalah salah satu ayat tentang hubungan social
والعصر (١)  إنّ الإ نسن لفي خسر (٢)  إلاّ الّذين أمنوا وعملوا الصّلحت وتوا صوا بالحقّ وتوا صوا بالصّبر (٣)
1.  Demi masa
2.  Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3.  Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Dari ayat tersebut jelaslah bahwa manusia yang beruntung itu adalah Pertama: Manusia yang beriman kepada Allah s.w.t. Nah, keimanan itu paling tidak harus diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dalam perbuatan. Orang yang beriman dan tidak mau beramal, maka keimanannya belum sempurna. Orang yang beriman hanya diyakini dalam hati saja, maka keimanannya belum sempurna. Orang yang beriman hanya diucapkan saja, maka keimanannya belum sempurna. Kedua: Orang-orang yang beramal sholeh. Amal sholeh adalah amal kebaikan. Orang yang selalu beramal sholeh, maka hidupnya akan mulia. Oleh karena itu hiasilah hidup ini dengan amal sholeh. Ketiga: Nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Nasehat itu sangat diperlukan. Seseorang itu tidak bisa terlepas dari nasehat. Dengan nasehat, seseorang bisa terselamatkan dari kesesatan dan kedholiman. Dan dengan nasehat pula seseorang bisa meningkat keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah s.w.t.

D.    Implikasi Potensi Manusia
v  Manusia memiliki potensi didalam diri mereka masing-masing, potensi yang terdapat pada diri manusia adalah Potensi Jasad, potensi Hati, dan potensi Akal.

v  Potensi yang ditaruh pada Orang Tua/Usia lanjut juga berbeda-beda, potensi tersebut adalah Potensi Berfikir, Fisik, Emosi, dan social.

v  Semua potensi yang dianugerahkan Allah SWT, tersebut hendaknya kita Aktualisasikan dalam kehidupan kita didunia ini sebagai wujud syukur kita kepada Allah SWT. Bukanlah Allah telah menciptakan Manusia dibumi ini dengan berbeda-beda, dan untuk beribadah kepadanya.

E.     Referensi
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, Kencana, Jakarta,    2004.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Tarjamah, CV Diponegoro, Bandung, 2000
Nashori. Potensi-Potensi Manusia. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2005.
Ahmad musthofa al-Maragi,Tafsir al-Maraghy, jilid 13,Beirut, Dar al-fikr, tt.
Syeh Imam Ismail, Tafsir Ruhil Bayan, Jilid 5, tt.
Jalil Imam al-Hafidzi bin ismail, Tafsir Ibnu Katsir. Jilid 2, Beirut Dar al-qur’anul karim,           2000.
Muhammad bin Ibrahim, Tafsir as-Samar Qandi. Jilid 2, Beirut Dar al-Kutub al-Alamiah.
Imam Ar-Razi Syafi’I, Tafsir al-Kabir. Jilid 9, Beirut, Dar ad-Dzikru.


Tiada ulasan:

Catat Ulasan